Lapek Barajuik adalah salah satu makanan tradisional khas
Minangkabau, Sumatera Barat, yang termasuk sebagai camilan atau kudapan manis. Lapek sendiri adalah istilah untuk kue yang dibungkus daun pisang, sementara barajuik berarti “berjejer” atau “berbaris”, merujuk pada cara penyajian atau bentuk lapek yang disusun dengan rapi.
Lapek Barajuik bukan sekadar makanan ringan. Kue ini memiliki
nilai budaya dan simbolik yang kuat, terutama dalam acara adat atau pertemuan keluarga. Dengan cita rasa yang manis, legit, dan aroma daun pisang yang khas, Lapek Barajuik menjadi sajian favorit masyarakat Minang dalam berbagai momen istimewa.
Bahan dan Proses Pembuatan Lapek Barajuik
Bahan-Bahan Utama
Untuk membuat Lapek Barajuik, diperlukan beberapa bahan utama yang sederhana namun menghasilkan cita rasa yang istimewa:
Tepung ketan (sebagai bahan dasar adonan)
Kelapa parut (untuk tekstur dan rasa gurih)
Gula merah atau gula aren (memberikan rasa manis yang khas)
Daun pisang (untuk membungkus adonan dan memberikan aroma alami)
Sedikit garam (untuk menyeimbangkan rasa)
Lapek Barajuik memiliki tekstur lembut dan sedikit kenyal dengan isian manis kelapa dan gula yang lumer saat digigit. Aroma wangi dari daun pisang yang dikukus juga menjadi salah satu daya tarik utama kue tradisional ini.
Cara Membuat Lapek Barajuik
Siapkan adonan: Campurkan tepung ketan, kelapa parut, dan sedikit garam. Aduk rata hingga membentuk adonan yang mudah dibentuk.
Isian: Campur gula merah serut dengan sedikit kelapa parut, lalu tumis sebentar agar sedikit kering.
Pembungkusan: Ambil selembar daun pisang, letakkan satu sendok adonan, beri isian gula kelapa, lalu lipat daun seperti bungkusan segitiga atau persegi kecil.
Pengukusan: Kukus lapek yang sudah dibungkus selama sekitar 30 menit atau hingga matang.
Setelah matang, Lapek Barajuik akan terlihat rapi dan harum, siap disajikan dalam susunan baris yang rapi sesuai dengan makna “barajuik”.
Makna Budaya dan Filosofis Lapek Barajuik
Lebih dari Sekadar Camilan
Lapek Barajuik tidak hanya disukai karena kelezatannya, tetapi juga karena makna filosofis di balik namanya. Dalam tradisi Minangkabau, makanan ini sering disajikan dalam acara adat seperti batagak gala, manjapuik marapulai, atau pengajian keluarga. Susunan barajuik melambangkan keteraturan, kebersamaan, dan keselarasan dalam hidup bermasyarakat.
Kue ini juga sering diberikan sebagai hantaran atau suguhan untuk tamu, menunjukkan nilai keramahan dan keikhlasan tuan rumah. Dalam konteks ini, Lapek Barajuik menjadi simbol kehangatan dalam silaturahmi dan kekeluargaan.
Warisan Kuliner yang Perlu Dilestarikan
Di tengah maraknya makanan modern, Lapek Barajuik adalah salah satu warisan kuliner tradisional yang masih dijaga keberadaannya oleh masyarakat Minang. Beberapa UMKM di Sumatera Barat bahkan menjadikan kue ini sebagai produk unggulan di pasar lokal hingga nasional.
Pelestarian makanan seperti Lapek Barajuik menjadi penting untuk menjaga identitas budaya, sekaligus memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia kepada generasi muda maupun wisatawan.